BAB III
KEBANGKITAN
NASIONAL INDONESIA
STANDAR KOMPETENSI : 2. Memahami proses kebangkitan nasional
KOMPETISI
DASAR : 2.2. Menguraikan proses terbentuknya
kesadaran nasional,
identitas Indonesia,
dan perkembangan pergerakan
kebangsaan Indonesia
INDIKATOR :
o
Menjelaskan pengaruh perluasan kekuasaan kolonial , perkembangan
pendidikan Barat ,dan perkembangan pendidikan islam terhadap munculnya
nasionalisme Indonesia
o
Mendiskripsikan peranan golongan terpelajar ,profesional
,dan pers dalam menumbuh kembangkan kesadaran
nasional Indonesia
o
Mendiskripsikan perkembangan pergerakan nasional dari yang bersifat etnik,
kedaerahan , keagamaan sampai terbentuknya nasionalisme Indonesia
o
Mendiskripsikan peran manifesto politik 1925, Konggres
Pemuda 1928, dan Konggres Perempuan Pertama dalam proses pembentukan identitas
kebangsaan Indonesia
A. Pengaruh Perluasan kekuasaan
kolonial , Perkembangan Pendidikan
Barat dan Islam Terhadap
Munculnya Nasionalisme Indonesia
Pada
pokok bahasan sebelumnya kita sudah mempelajari bagaimana awal kedatangan dan
sepak terjang bangsa Barat sampai akhirnya mereka berhasil menguasai Indonesia.
Berbagai macam kebijakan politik diterapkan sejak masa Portugis, VOC, sampai
Hindia Belanda seperti Cuultur Stelsel, Open Door Policy dan Politik Ethis.
Namun semua usaha tersebut pada pokoknya sama yaitu untuk kemakmuran bangsa
Eropa sedangkan bangsa Indonesia tetap hidup dalam kemiskinan dan penderitaan.
Penderitaan dan keterbelakangan rakyat yang berkepanjangan telah menimbulkan
kebencian dan ketidakpuasan sehingga membangkitkan keberanian untuk menentang
pemerintah kolonial dengan mengobarkan perlawanan rakyat membela harkat dan
martabat bangsa Indonesia.
Akhirnya
seiring banyaknya kritikan yang ditujukan atas kebijakan politiknya di
Indonesia, kemudian Belanda mulai memperhatikan kondisi di Indonesia dengan
menerapkan Politik Ethis melalui programnya yang terkenal yaitu irigasi,
edukasi dan emigrasi. Walaupun hakekatnya kebijakan tersebut tetap ditujukan
untuk kepentingan penjajah, namun bangsa Indonesia dapat memetik sedikit
manfaat yang mengantarkan lahirnya segelintir elit yang memperjuangkan nasib
bangsanya melalui pergerakan kebangsaan bukan lagi mengandalkan perang atau
kekerasan.
Di bidang pendidikan,
Belanda mendirikan sekolah mulai dari tingkat dasar, menengah sampai perguruan
tinggi. Secara garis besar diuraikan berikut ini :
1.
Pendidikan
Dasar ( setingkat SD ) :
a. Sekolah Kelas
Satu berpengantar Bahasa Belanda, untuk golongan menengah ke atas dan
bangsawan, contoh : ELS (Europechse
Leger School) dan HIS (Hollandsch Inlandsche School).
b.
Sekolah
Kelas Dua berpengantar bahasa daerah, untuk golongan masyarakat biasa,
contohnya : Sekolah Desa ( Volkschool
) Sekolah Angka Dua ( Tweede Klasse
School ).
2.
Pendidikan
Menengah ( setingkat SMP ) :
a. MULO (Meer Uitegbreit Ondewijs ).
b. HBS (Hogere Burger School ).
3.
Pendidikan tingkat Atas ( setingkat SMA/SMK ) :
a. AMS
(Algemene Middelbare school).
b. Kweek Schoolen (guru pribumi)
c. Technish Onderwijs ( sekolah teknik )
d. Handel Onderwijs ( sekolah dagang )
4. Perguruan Tinggi :
a.
Sekolah Tinggi Hukum (Rechtschool).
b.
Pendidikan Tinggi Teknik (Koninklijk Instituut
voor Hoger Technisch Ondewijs
Nederlandsch
Indie).
c.
GHS (Geeneeskundige Hoogeschool)
Sekolah Tinggi Kedokteran.
d.
STOVIA (School
tot Opleiding van Indische Artsenschool) Sekolah Kedokteran
Pribumi.
Sumber : Depdiknas, Materi PTBK Perkembangan
Pergerakan Kebangsaan, 2005 : 12-13)
Selain sekolah yang didirikan oleh Belanda,
ada juga sekolah swasta yang didirikan oleh
bangsa Indonesia dan
organisasi Islam, contohnya :
a.
Perguruan
Taman Siswa oleh Ki Hajar Dewantara
b.
Perguruan
Muhamadiyah oleh KH. Ahmad Dahlan
c.
Kesatrian
School didirikan oleh Douwes Dekker
d.
INS Kayutanam
oleh Mohammad Syafei, dll.
Walaupun dalam kenyataannya program pendidikan ini
dilaksanakan terbatas dan
Sifatnya diskriminatif
artinya tidak semua kalangan bangsa Indonesia bisa menikmati dan
berkesempatan
belajar di sekolah tersebut, namun dari yang sedikit tersebut telah
melahirkan kelompok
elit terpelajar (golongan cendikiawan).
Mereka terus mendorong
masyarakat untuk
mencintai tanah air dan agamanya sehingga munculah pergerakan
nasional Indonesia.
B. Peranan
Golongan Terpelajar, Profesional, Dan
Pers Dalam Menumbuh Kembangkan Kesadaran
Nasional Indonesia
Penyelenggaraan pendidikan semula dimaksudkan oleh
Belanda untuk menyediakan tenaga kerja terdidik yang terampil dan murah untuk
bekerja di perkebunan, perusahaan dan industri yang berkembang sejak masa
Politik pintu Terbuka. Namun dalam perkembangannya kebijakan tersebut telah
melahirkan golongan terpelajar yang selalu menyebarkan semangat nasionalisme,
dan menjadi pelopor lahirnya pergerakan kebangsaan Indonesia menentang
kolonialisme Belanda.
Di masyarakat juga muncul golongan profesional
yaitu kelompok pekerja yang memiliki keahlian dan ketrampilan tertentu. Mereka bekerja di kantor, dinas pemerintah,
pabrik, bank, rumah sakit, perusahaan transportasi, dan lain-lain sebagai
pegawai rendahan. Kemudian muncul organisasi profesional yang bergerak di bidang
tertentu, misalnya VSTP yaitu para pekerja jasa angkutan darat, kereta api dan
trem; PPPB yaitu Pegawai Pegadaian Bumiputera, dll. Mereka menggerakkan
organisasi dan juga menulis di surat kabar untuk memberi kesadaran kepada
rakyat pentingnya nasionalisme dalam mencapai kemerdekaan.
Selain itu pers atau media komunikasi massa juga
berperan penting dalam menyadarkan rakyat Indonesia untuk bersatu berjuang
bersama menghadapi penjajah. Pers digunakan untuk menyebarluaskan pemikiran
tokoh-tokoh pergerakan nasional dalam mencapai cita-cita kemerdekaan. Pers pada
saat itu umumnya berupa surat kabar dan majalah, adapun yang terkenal antara
lain :
a.
Bintang
Soerabaja (1861) di Surabaya.
b.
De Expres
(1912) di Bandung milik organisasi Indische Partij.
c.
Oetoesan
Hindia (1913) di Surabaya milik Sarekat Islam.
d.
Hindia Putera
(1916) milik tokoh Tiga Serangkai ketika dibuang di Belanda.
e.
Indonesia
Merdeka (1924) milik organisasi Perhimpunan Indonesia di Belanda, dll.
C.
Perkembangan Pergerakan Nasional Dari Yang Bersifat Etnik, Kedaerahan , Keagamaan Sampai Terbentuknya Nasionalisme
Indonesia
Nasionalisme jika dilihat dari aspek bahasa,
memiliki akar kata Natie (Belanda), atau nation
(Inggris) yang
berarti bangsa. Nasionalisme adalah faham yang berkaitan denga kecintaan
terhadap tanah air ( Sugiharsono,dkk. 2008 : 73 ). Sebelum
muncul pergerakan nasional,
terlebih dulu lahir kesadaran nasional yaitu
pandangan yang berkaitan dengan soal
perasaan,
soal tekad untuk
hidup bersama yang timbul di antara golongan besar manusia
yang nasibnya sama di masa lampau terutama
akibat penderitaan bersama.
Kesadaran
nasional bangsa Indonesia
menemukan bentuknya sejak awal abad ke-20 yang
ditandai dengan kebangkitan
nasional tahun 1908,
dimana timbul kesadaran untuk
perjuangan mengusir penjajah tidak lagi
mengandalkan senjata tetapi lebih pada penguasaan
ilmu pengetahuan
untuk
mengejar kemajuan. Sebagai wadah perjuangan, munculah
organisasi pergerakan nasional yang dipelopori
oleh Budi Utomo tanggal 1 Mei 1908.
Secara umum faktor pendorong lahirnya
pergerakan nasional dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Faktor Intern (dari
dalam) :
a.
Penderitaan rakyat
akibat penjajahan.
b.
Kenangan kejayaan
sejarah masa lampau yang gemilang.
c.
Lahirnya golongan
terpelajar
2. Faktor Ekstern (dari
luar) :
a.
Kemenangan Jepang atas
Rusia dalam perang tahun 1905.
b.
Kebangkitan nasional
di negara-negara Asia seperti India, Philipina, China dan Turki.
c.
Masuknya paham-paham
baru seperti nasionalisme dan demokrasi.
Perkembangan
Pergerakan Nasional :
Secara kronologis perkembangannya dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu :
a. Masa Pembentukan/Awal
(1908 – 1920), ditandai lahirnya organisasi Budi Utomo, Sarekat Islam dan
Indische Partij.
b. Masa Radikal/Non
Kooperasi (1920 – 1930), berdiri Perhimpunan Indonesia, Partai Komunis
Indonesia(PKI) dan Partai Nasional Indonesia(PNI).
c. Masa Moderat/Kooperasi
(1930 - 1942), muncul organisasi Partai
Indonesia(Partindo), Partai Indonesia Raya (Parindra), Gerakan Rakyat
Indonesia(Gerindo), Gabungan Politik Indonesia (GAPI).
Selain itu berkembang juga organisasi keagamaan pada masa
itu, contoh :
a.
Muhammadiyah; berdiri
18 November 1912 di Yogyakarta oleh KH. Ahmad Dahlan.
b.
Nahdatul Ulama (NU);
berdiri 31 Januari 1926 di Surabaya oleh KH. Hasyim Asy’ari.
Gerakan Pemuda
dan Organisasi Kewanitaan :
a. Tri Koro Dharmo;
didirikan 7 Maret 1915 di Jakarta oleh dr. Satiman Wiryosanjoyo, kemudian
diubah menjadi Jong Java pada tanggal 12 Juni 1918.
b. Jong Sumatranen Bond;
berdiri 9 Desember 1917 di Jakarta, tokohnya Muhammad Hatta dan Muhammad Yamin.
c.
Jong Ambon; berdiri
tahun 1918, tokohnya Mr. Johanes Latuharhary.
d. Selanjutnya antara
tahun 1918-1919 banyak bermunculan organisasi pemuda seperti Jong Minahasa,
Jong Celebes, Pemuda Betawi,dll.
Adapun perkembangan
organisasi kewanitaan antara lain :
a.
Dipelopori RA. Kartini
(1879-1904) yang mendirikan Sekolah Kartini di Jepara.
b.
Putri Mardika;
didirikan oleh Budi Utomo tahun 1912.
c.
Kautaman Istri; didirikan
oleh Dewi Sartika di Tasikmalaya tahun 1913.
d.
Kerajinan Amai Setia;
didirikan oleh Rohana Kudus di Kota Gadang tahun 1914.
e.
Aisiyah; bagian dari
Muhammadiyah didirikan oleh Siti Wardah 22 April 1917.
f.
Percintaan Ibu Kepada
Anak Temurunnya (PIKAT); didirikan oleh Maria Walanda Maramis tahun 1917 di
Minahasa, dll.
D. Peran Manifesto Politik 1925,
Konggres Pemuda 1928, Dan Konggres Perempuan Pertama
1.
Manifesto Politik 1925
Merupakan
prinsip-prinsip yang harus dikembangkan oleh pergerakan kebangsaan
(Perhimpunan
Indonesia) dalam mencapai kemerdekaan, yang meliputi empat pokok ideologi yaitu
a. Kesatuan Nasional; mengesampingkan perbedaan-perbedaan sempit yang
berkaitan dengan kedaerahan serta perlunya dibentuk kesatuan aksi melawan
Belanda untuk menciptakan negara kebangsaan Indonesia.
b. Solidaritas; terdapat perbedaan mendasar antara penjajah dengan
yang dijajah, sehingga harus mempertajam konflik antara kulit putih dan sawo
matang tanpa melihat perbedaan di antara orang Indonesia.
c. Non Kooperasi; harus disadari bahwa kemerdekaan bukanlah hadiah
oleh karena itu hendaknyadilakukan perjuangan sendiri.
d. Swadaya; perjuangan yang dilakukan haruslah mengandalkan kekuatan sendiri.
Dari
sini terlihat bahwa Perhimpunan Indonesia merupakan organisasi pergerakan
nasional yang pertama kali menggabungkan semua unsur seperti ide kesatuan (unity), kesetaraan (equality) dan kemerdekaan (liberty), untuk menciptakan gerakan
yang kuat dan terpadu dalam memaksakan kemerdekaan kepada Belanda.
2.
Konggres Pemuda 1928
Dalam
perjalanannya organisasi kepemudaan yang jumlahnya sangat banyak, menginginkan suatu upaya penyatuan peletakan
dasar untuk mencapai kemerdekaan. Untuk itu diselenggarakan Konggres Pemuda
sebanyak dua kali, yaitu :
a. Konggres Pemuda I :
-
Tempat : Jakarta
-
Waktu : 30 April – 2 Mei 1926
-
Ketua : M. Tabrani
-
Hasil :
1. Mempersiapkan Konggres Pemuda
Indonesia II
2. Mengusulkan semua perkumpulan pemuda agar
bersatu dalam
satu wadah organisasi pemuda Indonesia.
b.
Konggres Pemuda II :
-
Tempat :
Gedung Indonesische Club, Jakarta
-
Waktu :
27-28 Oktober 1928
-
Ketua : Sugondo Jayopuspito
-
Hasil :
1. Mengucapkan Ikrar Sumpah Pemuda.
2. Menetapkan Indonesia Raya sebagai lagu
kebangsaan.
3. Menetapkan sang Merah Putih sebagai
bendera Indonesia
4. Melebur semua organisasi pemuda menjadi
satu dengan nama
Indonesia Muda.
Ada beberapa makna yang terkandung dari peristiwa Sumpah
Pemuda, yaitu :
1. Terjadi perubahan pola
pikir di kalangan tokoh pergerakan dari pola etnis kedaerahan menuju cakrawala
nasional.
2. Melahirkan kesadaran
nasional bahwa seluruh penduduk yang mendiami kepulauan Nusantara menjadi satu
bangsa besar dengan nama Indonesia.
3.
Untuk kepentingan
persatuan, digunakan bahasa Melayu sebagai media perjuangan.
Konggres Pemuda II
sangat penting dalam terbentuknya identitas sebagai bangsa yang terwujud dalam
: tanah air, bangsa dan bahasa persatuan dengan nama Indonesia.
3. Konggres Perempuan I :
Dalam perkembangannya
sejak tahun 1920, organisasi-organisasi kewanitaan mulai terlibat dalam gerakan
politik. Kemudian diadakan Konggres Perempuan I, di Yogyakarta pada tanggal 22
Desember 1928 dengan ketua RA. Sukanto.
Tujuan Konggres
Prempuan I :
a.
Mempersatukan
cita-cita dan usaha memajukan kaum wanita.
b.
Menyatukan organisasi
wanita yang beraneka ragam.
Permasalahan yang
dibahas antara lain : persatuan di kalangan wanita, masalah peran wanita dalam
keluarga, masalah poligami dan perceraian serta sikap yang harus diambil
terhadap kolonialisme Belanda.
Hasil keputusan
terpenting : mendirikan gabungan perkumpulan wanita yang disebut Perserikatan
Perempuan Indonesia (PPI).
Arti penting Konggres
perempuan I :
a.
Menunjukkan peran
penting wanita di samping urusan keluarga dan masyarakat, juga terlibat dalam
perjuangan mencapai kemerdekaan.
b.
Membuka kesadaran kaum
wanita untuk ikut berjuang di bidang pendidikan dan kebudayaan, sosial, ekonomi
dan politik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar