Senin, 21 Oktober 2013

Kebangkitan Nasional Indonesia



BAB III 

   KEBANGKITAN NASIONAL INDONESIA

STANDAR KOMPETENSI  :  2. Memahami proses kebangkitan nasional
KOMPETISI DASAR           :  2.2. Menguraikan proses terbentuknya kesadaran nasional,
                                                        identitas Indonesia, dan perkembangan pergerakan
                                                        kebangsaan Indonesia
  
INDIKATOR                         :
o Menjelaskan pengaruh perluasan kekuasaan kolonial , perkembangan pendidikan Barat ,dan perkembangan pendidikan islam terhadap munculnya nasionalisme Indonesia
o Mendiskripsikan peranan golongan terpelajar ,profesional ,dan pers dalam menumbuh kembangkan kesadaran  nasional  Indonesia
o Mendiskripsikan perkembangan  pergerakan nasional dari yang bersifat etnik, kedaerahan , keagamaan sampai terbentuknya nasionalisme Indonesia
o Mendiskripsikan peran manifesto politik 1925, Konggres Pemuda 1928, dan Konggres Perempuan Pertama dalam proses pembentukan identitas kebangsaan Indonesia

A.   Pengaruh Perluasan kekuasaan kolonial , Perkembangan Pendidikan Barat dan  Islam Terhadap Munculnya Nasionalisme Indonesia

    Pada pokok bahasan sebelumnya kita sudah mempelajari bagaimana awal kedatangan dan sepak terjang bangsa Barat sampai akhirnya mereka berhasil menguasai Indonesia. Berbagai macam kebijakan politik diterapkan sejak masa Portugis, VOC, sampai Hindia Belanda seperti Cuultur Stelsel, Open Door Policy dan Politik Ethis. Namun semua usaha tersebut pada pokoknya sama yaitu untuk kemakmuran bangsa Eropa sedangkan bangsa Indonesia tetap hidup dalam kemiskinan dan penderitaan. Penderitaan dan keterbelakangan rakyat yang berkepanjangan telah menimbulkan kebencian dan ketidakpuasan sehingga membangkitkan keberanian untuk menentang pemerintah kolonial dengan mengobarkan perlawanan rakyat membela harkat dan martabat bangsa Indonesia.
    Akhirnya seiring banyaknya kritikan yang ditujukan atas kebijakan politiknya di Indonesia, kemudian Belanda mulai memperhatikan kondisi di Indonesia dengan menerapkan Politik Ethis melalui programnya yang terkenal yaitu irigasi, edukasi dan emigrasi. Walaupun hakekatnya kebijakan tersebut tetap ditujukan untuk kepentingan penjajah, namun bangsa Indonesia dapat memetik sedikit manfaat yang mengantarkan lahirnya segelintir elit yang memperjuangkan nasib bangsanya melalui pergerakan kebangsaan bukan lagi mengandalkan perang atau kekerasan.
         Di bidang pendidikan, Belanda mendirikan sekolah mulai dari tingkat dasar, menengah sampai perguruan tinggi. Secara garis besar diuraikan berikut ini :
1.      Pendidikan Dasar ( setingkat SD ) :
a.  Sekolah Kelas Satu berpengantar Bahasa Belanda, untuk golongan menengah ke atas dan bangsawan, contoh : ELS (Europechse Leger School) dan HIS (Hollandsch Inlandsche  School).
b.      Sekolah Kelas Dua berpengantar bahasa daerah, untuk golongan masyarakat biasa, contohnya : Sekolah Desa ( Volkschool ) Sekolah Angka Dua ( Tweede Klasse School ).

2.      Pendidikan Menengah ( setingkat SMP ) :
a.    MULO (Meer Uitegbreit Ondewijs ).
b.    HBS (Hogere Burger School ).

3.      Pendidikan tingkat Atas ( setingkat SMA/SMK ) :
a.     AMS (Algemene Middelbare school).
b.     Kweek Schoolen (guru pribumi)
c.     Technish Onderwijs ( sekolah teknik )
d.    Handel Onderwijs ( sekolah dagang )

4.       Perguruan Tinggi :
a.     Sekolah Tinggi Hukum (Rechtschool).
b.     Pendidikan Tinggi Teknik (Koninklijk Instituut voor Hoger Technisch Ondewijs
 Nederlandsch Indie).
c.     GHS (Geeneeskundige Hoogeschool) Sekolah Tinggi Kedokteran.
d.    STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsenschool) Sekolah Kedokteran
 Pribumi.
            Sumber : Depdiknas, Materi PTBK  Perkembangan Pergerakan Kebangsaan, 2005 : 12-13)
        
          Selain sekolah yang didirikan oleh Belanda, ada juga sekolah swasta yang didirikan oleh
           bangsa Indonesia dan organisasi Islam, contohnya :
a.       Perguruan Taman Siswa oleh Ki Hajar Dewantara
b.      Perguruan Muhamadiyah oleh KH. Ahmad Dahlan
c.       Kesatrian School didirikan oleh Douwes Dekker
d.      INS Kayutanam oleh Mohammad  Syafei,  dll.
        
Walaupun dalam kenyataannya program pendidikan ini dilaksanakan  terbatas dan
Sifatnya diskriminatif artinya tidak semua kalangan bangsa Indonesia bisa menikmati dan
berkesempatan belajar di sekolah tersebut, namun dari yang sedikit tersebut telah
melahirkan kelompok elit terpelajar (golongan cendikiawan).  Mereka terus mendorong
masyarakat untuk mencintai tanah air dan agamanya sehingga munculah pergerakan
nasional Indonesia.

B.  Peranan Golongan Terpelajar, Profesional, Dan Pers Dalam Menumbuh Kembangkan Kesadaran  Nasional  Indonesia

Penyelenggaraan pendidikan semula dimaksudkan oleh Belanda untuk menyediakan tenaga kerja terdidik yang terampil dan murah untuk bekerja di perkebunan, perusahaan dan industri yang berkembang sejak masa Politik pintu Terbuka. Namun dalam perkembangannya kebijakan tersebut telah melahirkan golongan terpelajar yang selalu menyebarkan semangat nasionalisme, dan menjadi pelopor lahirnya pergerakan kebangsaan Indonesia menentang kolonialisme Belanda.
Di masyarakat juga muncul golongan profesional yaitu kelompok pekerja yang memiliki keahlian dan ketrampilan tertentu.  Mereka bekerja di kantor, dinas pemerintah, pabrik, bank, rumah sakit, perusahaan transportasi, dan lain-lain sebagai pegawai rendahan. Kemudian muncul organisasi profesional yang bergerak di bidang tertentu, misalnya VSTP yaitu para pekerja jasa angkutan darat, kereta api dan trem; PPPB yaitu Pegawai Pegadaian Bumiputera, dll. Mereka menggerakkan organisasi dan juga menulis di surat kabar untuk memberi kesadaran kepada rakyat pentingnya nasionalisme dalam mencapai kemerdekaan.
Selain itu pers atau media komunikasi massa juga berperan penting dalam menyadarkan rakyat Indonesia untuk bersatu berjuang bersama menghadapi penjajah. Pers digunakan untuk menyebarluaskan pemikiran tokoh-tokoh pergerakan nasional dalam mencapai cita-cita kemerdekaan. Pers pada saat itu umumnya berupa surat kabar dan majalah, adapun yang terkenal antara lain :
a.         Bintang Soerabaja (1861) di Surabaya.
b.         De Expres (1912) di Bandung milik organisasi Indische Partij.
c.         Oetoesan Hindia (1913) di Surabaya milik Sarekat Islam.
d.        Hindia Putera (1916) milik tokoh Tiga Serangkai ketika dibuang di Belanda.
e.         Indonesia Merdeka (1924) milik organisasi Perhimpunan Indonesia di Belanda, dll.

C.      Perkembangan  Pergerakan  Nasional  Dari  Yang  Bersifat  Etnik, Kedaerahan ,  Keagamaan Sampai Terbentuknya Nasionalisme Indonesia   

 Nasionalisme jika dilihat dari aspek bahasa, memiliki akar kata Natie (Belanda), atau nation
 (Inggris) yang berarti bangsa. Nasionalisme adalah faham yang berkaitan denga kecintaan
 terhadap tanah air  ( Sugiharsono,dkk. 2008 : 73 ).   Sebelum  muncul  pergerakan  nasional,
 terlebih dulu lahir kesadaran nasional yaitu pandangan yang berkaitan dengan soal
 perasaan,  soal  tekad  untuk  hidup  bersama  yang timbul di antara golongan besar manusia
 yang nasibnya sama di masa lampau terutama akibat penderitaan bersama.

 Kesadaran  nasional bangsa Indonesia  menemukan bentuknya sejak awal abad ke-20 yang
 ditandai dengan  kebangkitan  nasional  tahun  1908,  dimana timbul kesadaran untuk
 perjuangan mengusir penjajah tidak lagi mengandalkan senjata tetapi lebih pada penguasaan
 ilmu  pengetahuan  untuk  mengejar  kemajuan.   Sebagai  wadah  perjuangan,  munculah
 organisasi pergerakan nasional yang dipelopori oleh Budi Utomo tanggal 1 Mei  1908.
 Secara umum faktor pendorong lahirnya pergerakan nasional dibedakan menjadi 2, yaitu :
1.      Faktor Intern (dari dalam) :
a.       Penderitaan rakyat akibat penjajahan.
b.      Kenangan kejayaan sejarah  masa lampau yang gemilang.
c.       Lahirnya golongan terpelajar

2.      Faktor Ekstern (dari luar) :
a.       Kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang tahun 1905.
b.      Kebangkitan nasional di negara-negara Asia seperti India, Philipina, China dan Turki.
c.       Masuknya paham-paham baru seperti nasionalisme dan demokrasi.

  Perkembangan Pergerakan Nasional :

  Secara kronologis perkembangannya dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
a.      Masa Pembentukan/Awal (1908 – 1920), ditandai lahirnya organisasi Budi Utomo, Sarekat Islam dan Indische Partij.
b.   Masa Radikal/Non Kooperasi (1920 – 1930), berdiri Perhimpunan Indonesia, Partai Komunis Indonesia(PKI) dan Partai Nasional Indonesia(PNI).
c.    Masa Moderat/Kooperasi (1930  - 1942), muncul organisasi Partai Indonesia(Partindo), Partai Indonesia Raya (Parindra), Gerakan Rakyat Indonesia(Gerindo), Gabungan Politik Indonesia (GAPI).

Selain itu berkembang juga organisasi keagamaan pada masa itu, contoh :

a.       Muhammadiyah; berdiri 18 November 1912 di Yogyakarta oleh KH. Ahmad Dahlan.
b.      Nahdatul Ulama (NU); berdiri 31 Januari 1926 di Surabaya oleh KH. Hasyim Asy’ari.

Gerakan Pemuda dan Organisasi Kewanitaan :

a.    Tri Koro Dharmo; didirikan 7 Maret 1915 di Jakarta oleh dr. Satiman Wiryosanjoyo, kemudian diubah menjadi Jong Java pada tanggal 12 Juni 1918.
b.   Jong Sumatranen Bond; berdiri 9 Desember 1917 di Jakarta, tokohnya Muhammad Hatta dan Muhammad Yamin.
c.       Jong Ambon; berdiri tahun 1918, tokohnya Mr. Johanes Latuharhary.
d.  Selanjutnya antara tahun 1918-1919 banyak bermunculan organisasi pemuda seperti Jong Minahasa, Jong Celebes, Pemuda Betawi,dll.

Adapun perkembangan organisasi kewanitaan antara lain :
a.       Dipelopori RA. Kartini (1879-1904) yang mendirikan Sekolah Kartini di Jepara.
b.      Putri Mardika; didirikan oleh Budi Utomo tahun 1912.
c.       Kautaman Istri; didirikan oleh Dewi Sartika di Tasikmalaya tahun 1913.
d.      Kerajinan Amai Setia; didirikan oleh Rohana Kudus di Kota Gadang tahun 1914.
e.       Aisiyah; bagian dari Muhammadiyah didirikan oleh Siti Wardah 22 April 1917.
f.       Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT); didirikan oleh Maria Walanda Maramis tahun 1917 di Minahasa, dll.

D. Peran Manifesto Politik 1925, Konggres Pemuda 1928, Dan Konggres  Perempuan Pertama

1.      Manifesto Politik 1925
Merupakan prinsip-prinsip yang harus dikembangkan oleh pergerakan kebangsaan
(Perhimpunan Indonesia) dalam mencapai kemerdekaan, yang meliputi empat pokok ideologi yaitu
a.       Kesatuan Nasional; mengesampingkan perbedaan-perbedaan sempit yang berkaitan dengan kedaerahan serta perlunya dibentuk kesatuan aksi melawan Belanda untuk menciptakan negara kebangsaan Indonesia.
b.    Solidaritas;  terdapat perbedaan mendasar antara penjajah dengan yang dijajah, sehingga harus mempertajam konflik antara kulit putih dan sawo matang tanpa melihat perbedaan di antara orang Indonesia.
c.  Non Kooperasi; harus disadari bahwa kemerdekaan bukanlah hadiah oleh karena itu hendaknyadilakukan perjuangan sendiri.
d.      Swadaya; perjuangan yang dilakukan haruslah mengandalkan kekuatan sendiri.

Dari sini terlihat bahwa Perhimpunan Indonesia merupakan organisasi pergerakan nasional yang pertama kali menggabungkan semua unsur seperti ide kesatuan (unity), kesetaraan (equality) dan kemerdekaan (liberty), untuk menciptakan gerakan yang kuat dan terpadu dalam memaksakan kemerdekaan kepada Belanda.

2.      Konggres Pemuda 1928

Dalam perjalanannya organisasi kepemudaan yang jumlahnya sangat banyak,  menginginkan suatu upaya penyatuan peletakan dasar untuk mencapai kemerdekaan. Untuk itu diselenggarakan Konggres Pemuda sebanyak dua kali, yaitu :
a.       Konggres Pemuda I :
-       Tempat          :  Jakarta
-       Waktu           :  30 April – 2 Mei 1926
-       Ketua            :  M. Tabrani
-       Hasil              :   1. Mempersiapkan Konggres Pemuda Indonesia II
                                     2. Mengusulkan semua perkumpulan pemuda agar bersatu dalam
                                         satu wadah organisasi pemuda Indonesia.

b.      Konggres Pemuda II :
-       Tempat          :  Gedung Indonesische Club, Jakarta
-       Waktu           :  27-28 Oktober 1928
-       Ketua            :  Sugondo Jayopuspito
-       Hasil              :  1. Mengucapkan Ikrar Sumpah Pemuda.
   2. Menetapkan Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan.
   3. Menetapkan sang Merah Putih sebagai bendera Indonesia
   4. Melebur semua organisasi pemuda menjadi satu dengan nama
       Indonesia Muda.

Ada beberapa makna yang terkandung dari peristiwa Sumpah Pemuda, yaitu :
1.     Terjadi perubahan pola pikir di kalangan tokoh pergerakan dari pola etnis kedaerahan menuju cakrawala nasional.
2.     Melahirkan kesadaran nasional bahwa seluruh penduduk yang mendiami kepulauan Nusantara menjadi satu bangsa besar dengan nama Indonesia.
3.      Untuk kepentingan persatuan, digunakan bahasa Melayu sebagai media perjuangan.

Konggres Pemuda II sangat penting dalam terbentuknya identitas sebagai bangsa yang terwujud dalam : tanah air, bangsa dan bahasa persatuan dengan nama Indonesia.

3. Konggres Perempuan I :

Dalam perkembangannya sejak tahun 1920, organisasi-organisasi kewanitaan mulai terlibat dalam gerakan politik. Kemudian diadakan Konggres Perempuan I, di Yogyakarta pada tanggal 22 Desember 1928 dengan ketua RA. Sukanto.

Tujuan Konggres Prempuan I :
a.       Mempersatukan cita-cita dan usaha memajukan kaum wanita.
b.      Menyatukan organisasi wanita yang beraneka ragam.

Permasalahan yang dibahas antara lain : persatuan di kalangan wanita, masalah peran wanita dalam keluarga, masalah poligami dan perceraian serta sikap yang harus diambil terhadap kolonialisme Belanda.
Hasil keputusan terpenting : mendirikan gabungan perkumpulan wanita yang disebut Perserikatan Perempuan Indonesia (PPI).
Arti penting Konggres perempuan I :
a.       Menunjukkan peran penting wanita di samping urusan keluarga dan masyarakat, juga terlibat dalam perjuangan mencapai kemerdekaan.
b.      Membuka kesadaran kaum wanita untuk ikut berjuang di bidang pendidikan dan kebudayaan, sosial, ekonomi dan politik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar